“Pilih kami, kami akan memperjuangkan kesejahteraan rakyat, taraf ekonomi akan meningkat dan pengangguranpun akan berkurang”
Suasana rapat tertutup membahas tentang bendera Aceh yang dihadiri unsur Forkopimda di Pendopo Gubernur Aceh, Senin (28/3). |
Pertemuan ini melahirkan pernyataan bersama Forkopimda Aceh yang melahirkan kesepakatan jangan Kibar Dulu Bendera Aceh | acehribunnews.com
Entah tanggal berapa aku membaca sebuah koran harian yang dikenal cukup tenar di Serambi Mekkah. Dalam Koran tersebut Memberitakan tentang kasak kusuk pengibaran bendera bintang bulan di Aceh, yang sebagian pejabatnya meminta segera dikibarkan. Akan tetapi yang lucunya, mereka yang dulu satu warna dan satu perjuangan justru sudah jauh berbeda, tak sehias sekata dan bahkan saling hujat dan fitnah.
Ya! mungkin inilah yang dikatakan permainan mereka sebagai pejabat menjelang pesta demokrasi tingkat Provinsi dan Kabupaten Kota. Berbagai isu dimunculkan, perjalanan dinas yang bersentuhan dengan masyarakat semakin di perbanyak jamnya, black campaign (kampanye hitam) dimana-dimana dan bahkan fitnahpun subur menyertai keseharian mereka.
Kautsar, merupakan Anggota DPRA fraksi Partai Aceh |
"Apakah dikibarkan setelah Pilkada atau sebelum. Yang penting ada kejelasan pengibarannya," | aceh.tribunnews.com
Tak sulit melacak mereka yang mengedapankan kepentingan untuk memposisikan kelompok mereka digarda yang paling depan tanpa memikirkan tujuan yang Tempoe doeloe mengatakan” Demi rakyat yang sejahtera” ini, itulah! Pokoknya ada saja cara untuk meyakinkan rakyat demi memperoleh suara di pemilukada 2017 kelak.
Nah disaat seperti ini, menjelang pemilukada 2017 mendatang, ada saja ragam peristiwa yang sengaja dimunculkan, seolah mereka yang hari ini menjabat sedang memperjuangkan kepentingan masyarakat Aceh. Nyatanya mereka hanya menyatakan “ini daerah otonomi khusus” harus ada bendera dan lambang Provinsi (Negara) sendiri sebagai wujud dari hasil perjuangan semasa konflik serta sesuai yang dinyatakan di dalam UUPA.
Beranjak dari hal itu, menurut ku mereka sedang dilanda amnesia setelah mendapat kursi (jabatan) serta bisa dikatakan terlalu asik bermain dengan bendera merah berpita hitam dan juga lambang-lambang yang tidak jelas tanpa memperhatikan subtansi dari kesejahteraan rakyat yang dimaksud ketika kampanye tempoe doeloe.
“Pilih kami, kami akan memperjuangkan kesejahteraan rakyat, taraf ekonomi akan meningkat dan pengangguranpun akan berkurang”, begitulah kira-kira ungkapan bohong yang pernah diungkapkan oleh pejabat kita doeloe.
Hari ini, mereka-mereka hanya memperjuangkan bendera dan lambang provinsi saja, sedangkan pembangunan dan wujud kesejahteraan itu hanya segenggam mimpi belaka, hanya sekedar harapan palsu saja dan hanya sekedar bahasa kampanye diatas panggung politik. Herannya lagi, bendera dan lambang itupun tidak ada respon serius dari pemerintah pusat, sehingga perjuangan tersebut hanya sekedar buang energi dan buang anggaran.
Di bawah ini!