Negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan yang luas nomor wahid ini, rasanya sangat tidak mungkin bin mustahil bisa terjadi krisis garam. Tapi apa boleh buat, meskipun harus gigit jari, fenomena krisis garam ini sama persis bak mencari emas permata saat hendak meminang sidia.
Petani Garam | Foto : hipwee.com |
Semenjak awal Agustus 2017, kita sudah dikejutkan dengan sebuah fenomena yang mencengangkan umat seantero bumi pertiwi ini. Kali ini bukan fenomena Nek Rohaya yang berhasil mencuri hati brondong ingusan yang terpaut hampir setengah abad usia jauh darinya. Juga bukan fenomena purnama disiang hari yang sering didengungkan oleh anak cabe-cabean yang sedang mabuk asmara, apalagi fenomena artis seleb yang sedang gencar-gencar lomba masuk bui akibat tersandrung barang haram zat psikotropika. Hahaha, Semoga para Jomblo tidak patah semangat dengan kisah Nek Rohaya.
Selain itu, juga bukan fenomena politik tak bermoral yang sedang ngetrend dikalangan pejabat senayan, yang sering dibungkus dengan berbagai isu hoax dan juga makar didalamnya. Alih-alih hanya untuk mencari kursi panas saat 2019 tanpa memikirkan ada masalah baru dan besar yang sedang mengancam retaknya rumah tangga warga negara secara berjamaah yang berakibat hancurnya Negara yang katanya Pancasilais ini.
Ilustrasi Garam | Foto : Search Google |
Fenomena yang dimaksud ini tidak lain dan tidak bukan. Hanya persoalan langkanya garam. Padahal Indonesia yang merupakan Negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan yang luas nomor wahid ini, rasanya sangat tidak mungkin bin mustahil bisa terjadi krisis garam. Tapi apa boleh buat, meskipun harus gigit jari, fenomena krisis garam ini sama persis bak mencari emas permata saat hendak meminang sidia. Om, mau minang ya? Tunggu 17 Agustus saja, banyak pinangnya loh.!!
So, pertanyaannya. Seperti judul diatas bahwa Garam bisa meretakkan hubungan rumah tangga yang harmonis hingga hancurnya Negara
Percaya atau tidak, bahwa perkara garam tidak sama dengan perkara di Pengadilan. Yang hanya tinggal ketok palu oleh Pak Hakim kelar dan selesai semua perkara. Akan tetapi perlu di garis tebal dan bahkan ditambah stabilo sekalian, bahwa persoalan garam merupakan hal yang sangat krusial dari rumah tangga hingga berefek ke Negara. Wew, tanpa garam, statuspun juga bisa hambar. Hehehehe
Nasi Goreng juga pake garam | Foto : Dok. Sikonyol.com |
Bayangkan dalam sebuah rumah tangga tidak ada garam, maka masakan si istri yang disaji dengan kasih sayangpun akan menjadi kurang sedap. Lalu ketika masakannya terasa kurang sedap, sudah barang tentu suami milih makan di warung tetangga. Saat kebiasaan makan diluar ini sudah terjadi, lama kelamaan hubungan suami istri mulai renggang. Sehingga begitu ada gesekan sebesar biji cabepun, akan sangat mudah dan gampang yang berujung pada perceraian. Ingat pepatah, Bersatu kita teguh, bercerai kita kawin lagi, Hehehehe
Kemudian, jika sudah berujung pada perceraian, maka anak-anak bakal tidak terurus dengan maksimal. Terjerumus pada kebiasaan buruknya pergaulan bebas dan bahkan sampai pada penggunaan barang harampun menjadi pilihannya. Sehingga anak sebagai generasi muda ini akan terancam. Jika hal ini terjadi maka generasi muda, mandeg dalam menggapai cita-cita dan generasi penerus bangsa akan terancam, maka Negara dalam bahaya.
Nah, oleh sebab itu. Sudah seharus pejabat negara memikirkan solusi dari masalah ini. Sebab yang menyebkan negara ini dalam bahaya bukan karena ormas A atau kumpulan B yang mengancam kedaulatan Negara dan hancurnya parsapah bangsa tapi justru karena LANGKANYA GARAM lah yang membuat Negara dalam bahaya.
Usulkan Pemerintah Buat Regulasi ttg Budidaya Garam Lokal, dan juga bisa disediakan nya fasilitas pengembangan garam tsb.. Biar asyik terasa hidupnya krn garam asin berubah manis.
ReplyDeleteGak mesti harus ada regulasi. Cukup cantumkan saja dalam program kerja pemerintah dalam RPJM dll
DeleteTulisan yang sangat menyindir :D
ReplyDeleteKalau kelebiban garam pun kalau yang masak anak gadis dikira pengen kawin hehe
ReplyDeleteHahaha... Yang lajang (laki) juga demikian. Sudah menjadi mitos dari Nenek Monyang turun-temurun.
DeleteBaru aja kemarin bibik aku mengeluh, harga garam sudah Rp10 ribu perkilogramnya....hek dehhhh
ReplyDeleteHahaha, gemana gak Hek Bang. Hanya karena masakan kurang garam aja, rumah tangga bisa retak.
Delete:)
mari sesarengan mbangun Indonesia...dengan kemampuan serta potensi kita...salam kenal dari wonogiri, sukses selalu pak admin...joss
ReplyDeleteIya terima kasih Bang Mawan.
DeleteSalam kenal kembali sudah berkunjung.
Salam untuk warga Wonogiri dari Aceh.
Sangat miris ya.. kita punya laut yang sangat luas.. tapi masih import garamm.. duh !
ReplyDeleteIya.. Mau gemana lagi gan...
DeleteKalo menurut pepatah, Asam di gunung garam di Import
Hahahaha
Tahun depan kita harus export garam.. malulah kita punya pantai yang luas masak gak bisa export.
ReplyDeleteIya,,, asalkan pemerintah tidak mengharapkan garam sepenuhnya dari petani garam tradisional.
DeleteYa kalo bisa, petani garam harus diberdayakan untuk menjadi petani garam modern dgan produksi tinggi.
Dari tulisannya ini, kayaknya ngebet kali pengen lamar si dia. Kwkwkw
ReplyDeleteOps..... Jangan ribut.
DeleteItu mah mank sudah rahasia.
Hehehehe.. partners nya juga demikian tu.
nah ini ... negara maritim langka garam ... biasanya 1000 sekarang 2500... hebat oii indonesia
ReplyDeleteJanggal rasanya negara kita dikelilingi lautan .. kok bisa-bisanya krisis pasokan garam ?.
ReplyDeleteWaah .. kalo sampe membeli garam dari luar negri .. rasanya kurang tepat ya.
Sangat kurang tepat. Tapi ya itulah yg sedang terjadi.
Delete